Komisi Pemuda/i (KOMPA) GKI - STR merupakan salah satu komisi dari GKI - STR. Sejarah berdirinya GKI - STR, dimulai
dari:
SEJARAH TENTANG BERDIRINYA
GEREJA GEREFORMERD SEI SIKAMBING TJ. REJO MEDAN
Sekelumit
awal cerita singkat Jemaat Gereformerd kelompok Sei Sikambing. Sekitar Tahun 1950
bergereja Gereformerd di Jl. Cokroaminoto / Jl. Percut yang dinamakan Gereja Jawa Anggotanya diantaranya adalah :
1. Bapak Saringun
2. Bapak Radi
3. Bapak Dasiman
Pada Tahun 1954
Datang beberapa Keluarga dari Tongar Padang Sumatera Barat yaitu :
1. Bapak Parno
2. Bapak Kasian
3. Bapak J. W. Karyodimedjo
4. Bapak M. M Suhardjo
5. Bapak Slamet Romosetiko
6. Bapak Misman
7. Bapak G. Ramin
Pada Tahun 1960
1. Bapak Amat Darmoyo
2. Bapak Sumarto / Katar
3. Bapak T. D. Kasan
Sekitar Tahun 1963 kami mulai bergereja di Gereja Gereformerd
Jl. H. Z. Arifin Medan itulah sebagai Gereja Induk. Karena Minimnya Angkutan sebagian Jemaat ada yang menggunakan sepeda, ada yang berjalan kaki untuk bergereja.
Pada waktu itu Majelis Kelompok Sei Sikambing adalah :
1. Bapak T. D. Kasan
2. Bapak Sumarto / Katar
3. Bapak Amat Darmoyo
Oleh karena perkembangan dari keluarga sangat pesat anak –
anak tidak dapat bersekolah Minggu Orang tua tidak dapat bergereja, maka kami bertiga sebagai anggota Berembuk bagaimana supaya
Jemaat dapat dikelompok Sei Sikambing dilayani oleh Pendeta / Majelis di Gereja Induk, setelah kami bertiga sepakat untuk
membuat surat permohonan agar Jemaat Sei Sikambing dapat dilayani Kebaktiannya, baik kebaktian orang tua maupun anak –
anak sekolah Minggu dari Gereja Induk.
Untuk Membicarakan tempat kebaktian kami orang – orang tua Berembuk menentukan dimana tempat
kebaktian diadakan, setelah setelah kita sepakat dari kami orang – orang tua maka disepakatilah tempat kebaktian di
Rumah Bapak T. D. Kasan.
Pasar V Sei Sikambing ( Jl. Intisari Sekarang rumah Bapak Pendeta
).
Setelah Beberapa bulan / tahun surat permohonan
kami disetujui oleh Majelis Gereja Induk awalnya satu bulan dalam Minggu kedua kebaktian dilayani oleh Majelis Gereja Induk
Minggu Pertama dan Keempat dilayani oleh kami bergantian dan anak – anak Sekolah Minggu dilayani oleh Sdra. Jonathan.
Semangat kami Jemaat Sei Sikambing bertumbuh dengan baik Bebel Kring / PA kami adakan setiap hari Rabu dari
rumah kerumah dengan berjalan kaki melewati pematang sawah, untuk perjalanan kami sediakan penerangan senter karena jalan
masih kecil .
Setelah beberapa lama berselang Jemaat Kelompok Sei Sikambing berjalan dengan
baik, berkembang pesat dilayani oleh Pendeta K.L.F. Lageran. Jhon Ruck, Weli, MissYeni Bosh ini semua Penginjil dari luar
Negri., Kecuali Bapak Domine KLF Legrand beliau ini Pusat Gereformerd Belanda.
Untuk memandang masa depan anak – anak kita bergereja
maka beberapa dari kami orang tua berembuk bagaimana kalau kita dapat membuat Rumah Ibadah / gereja kecil sederhana sesuai
dengan kemampuan kami, dengan bergotong royong dana yang kami rembukan dan disepakati bersama mengenai tempat dan dimana Gereja
kita akan didirikan dengan rela hati Bapak PARNO memberikan sebidang Tanah untuk didirikan sebuah Gereja , walaupun pada masa
itu bentuk Gereja terbuat dari dinding tepas atap daun Nipah. Bapak Parno dan Ibu berpesan kepada Kami Majelis Yaitu
Bapak T. D. Kasan Bapak M. M. Suharjo dan Bapak Amat Darmoyo yang isinya Saya memberikan sebidang Tanah ini Selain untuk Ibadah
oleh Jemaat dan anak – anak saya agar tidak terpisah – pisah untuk bergereja dan tolong kepada Majelis ingatkan
kepada Anak – anak saya, Pesan ini tetap kami ingat sampai sekarang.
Setelah pembicaraan kami sepakati waktu itu kami Majelis atas Nama Jemaat kelompok membuat surat ditujukan kepada Majelis Gereja Induk di Jl. Palang Merah sekarang Jl. H. Z. Arifin.Medan.
Surat kami setelah beberapa lama tidak ditanggapi oleh Majelis Gereja
Induk, Kami tetap menanti jawaban dan kami terus berusaha agar Majelis Gereja Induk memberi Jawaban surat Kami tersebut.
Pada waktu ada perkunjungan Domini KLF Legrand ke Kelompok jemaat Sei Sikambing kami bicarakan soal
/ maksud rencana kami untuk membuat satu rumah ibadah dengan Bapak KLF Legrand bertanya bagaimana apakah Bapak – bapak
sudah memberitahukan kepada Majelis Gereja Induk? Saya jawab sudah karena kami
bertiga juga anggota Majelis Gereja Induk.
Bapak Domini KLF Legrand memang sudah tahu kalau kami anggota Majelis Gereja
Induk. Kami melanjutkan jawaban atas pertanyaan Bapak domini KLF Legrand bahwa kami sudah memberikan surat permohonan kepada
Gereja Induk tetapi belum dapat jawaban.
Setelah beberapa waktu lamanya Majelis Gereja Induk mengadakan
Rapat, didalam rapat tersebut kami diberi waktu untuk bertanya maka salah satu dari kami Majelis ( Bapak TD Kasan ) menyampaikan
maksud Jemaat kelompok sei Sikambing, Bpk. TD Kasan hanya bertanya / megesahkan / jawaban Majelis Gereja Induk tentang surat
permohonan kami.
Setelah pertanyaan Bapak TD Kasan disampaikan dan digelar oleh sidang maka dibacakan surat permohonan kami
itu timbullah Pro dan Kontra ada yang setuju dan ada yang tidak dan hal permohonan kami itu belun juga disetujui oleh sidang,
walaupun surat kami itu belum disetujui oleh sidang kami tetap bertekad untuk meneruskan rencana kami tersebut dan Jemaat
kelompok Sei Sikambing tidak surut untuk pembuatan sebuah rumah Ibadah / Gereja.
Salah satu isi permohonan kami itu adalah walaupun belum ada Rumah Ibadah / Gereja kami mohon agar kami
dapat dilayani oleh Pendeta atau Majelis Gereja Induk untuk memberikan Pelayanan di Jemaat Kelompok Sei Sikambing untuk Kebaktian
setiap Minggunya, Maka di setujuilah permohonan kami itu walaupun kebaktian dirumah Bapak TD Kasan.
Pertama kali diberikan kebaktian dalam satu bulan hanya sekali Pelayanan kebaktian
pada Minggu kedua setiap bulan untuk Minggu I, III dan IV kami tetap kebaktian di Gereja induk. Melihat perkembangan Jemaat
Sei Sikambing sangat pesat anak – anak kami ntuk Sekolah Minggu juga sudah memungkinkan dan kalau kebaktian orang tua
bapak / Ibu sangat bersemangat walaupun tempat duduknya tidak mencukupi kami rela duduk dengan beralas tikar.
Setelah beberapa bulan berselang kebatian kami berjalan, kebaktian kami dilayani oleh Bapak Pendeta KLF
Legrand setelah selesai kebaktian kami mengadakan pertemuan Khusus di dalam pertemuan kami menyampaikan maksud rencana dan
keluhan Jemaat mengenai tempat duduk untuk kebaktian kami sampaikan kepada Bapak KLF Legrand, keluhan kami sangat direspon
oleh beliau dan diperhatikan setelah selesai pertemuan Bapak KLF Legrand kami tunjukan Lokasi tanah tempat didirikan Gereja, setelah Bapak KLF Legrand mengetahui langsung, beliau memberi semangat kepada kami.
Tetapi ada kendala yang kami hadapi, kami tidak terpikirkan sampai kesitu kendala itu dikatakan oleh Bapak KLF Legrand sendiri,
katanya “ Kalau Bapak – Bapak mau membuat Sebuah Gereja, apakah Bapak – bapak sudah meyiapkan dana dan lagi
Gereja Tersebut tidak dapat didirikan hanya bersifat semi permanen saja ! “ lalu kami menjawab “ Kami tidak sanggup
jika mendirikan Gereja yang bersifat permanen karena keadaan ekonomi Jemaat Kelompok sei sikambing sangat Minim dan Pekerjaan
kami pun tidak tetap “.
Oleh karena itu kami diberi solusi oleh Bapak KLF Legrand
untuk membentuk Panitia Pembangunan. Sebelum kami membentuk Panitia Pembangunan kami berunding terlebih dahulu oleh seluruh
Jemaat Kelompok Sei Sikambing untuk meminta persetujuan dari seluruh anggota Jemaat. Maka kami mengundang seluruh Jemaat Kelompok
Sei Sikambing untuk berunding. Setelah kami berunding akhirnya dicapai kata sepakat, bahwa seluruh anggota Jemaat Kelompok
Sei Sikambing setuju untuk membentuk Panitia Pembangunan. Maka terbentuklah Panitia Pembangunan sesuai dengan susunan
sebagai berikut:
I. Sumber Dana : Bapak KLF Legrand
II. Ketua 1
: Bapak M.M Suhardjo
(Dibantu Bapak TD Kasan merangkap panitia Pelaksana Pembangunan
yang dibantu oleh beberapa anggota Jemaat)
III. Ketua 2
: Bapak Kasian
IV. Sekretaris
: Bapak Amat Darmoyo
Setelah
Panitia Pembangunan Gereja terbentuk maka mulailah kami membangun Gereja yang sesuai dengan rencana kami yaitu membangun Gereja
yang permanent berdasarkan anjuran Bapak KLF Legrand.
Tahap pertama pembangunan Gereja adalah :
Pertama kali kami membersihkan dan meratakan tapak serta menimbunnya dikarenakan
tanah yang akan dijadikan tempat berdirinya Gereja sudah sangat rendah. Kami mengerjakan tanah ini dengan gotong royong. Kembali
kami menghadapi kendala yaitu tanah yang kami gunakan untuk menimbun ternyata persediannya tidak mencukupi maka kami memutuskan
untuk mengumpulkan dana dari para anggota Jemaat Kelompok Sei SIkambing. Setelah dananya
terkumpul maka kami dapat melanjutkan pekerjaan kami yang tertunda sampai pengerjaan pendirian Gereja tersebut selesai.
Setelah sebuah Gereja yang kokoh berdiri maka kami anggota
Jemaat Kelompok Sei Sikambing membuat acara ucapan syukur dan peresmian pembukaan Kebaktian kami untuk pertama kalinya. Kami
membuat nasi tumpeng sebagai symbol ucapan syukur kami dan Gerejapun diresmikan oleh sang pelopor kami yaitu Bapak KLF Legrand
dan didampingi pula oleh beberapa orang Majelis Gereja Induk.
Setelah beberapa tahun berselang mulailah kami terpikirkan untuk mencari pelayan Tuhan yang tetap atau
yang biasa disebut Pendeta, dikarenakan bertambah jumlah anggota Jemaat yang pesat waktu itu. Maka kami mengajukan surat permohonan kepada Majelis Gereja Induk untuk menetapkan seorang pelayan Tuhan untuk Gereja
kami ini. Setelah diproses beberapa lamanya dengan datangnya seorang Pendeta kami mendapat jawaban seorang Pendeta datang
dari Jawa yaitu Bapak Pendeta Daniel Sukirman maka dengan demikian Bapak Pendeta Daniel -lah yang menjadi Pendeta kami pertama
kali.
Setelah beberapa lama Bapak Daniel melayani kami beliau memutuskan untuk kembali
kedaerah asalnya yaitu Jawa yang atas kemauanya sendiri. Setelah kami ditinggal oleh beliau maka terjadilah kekosongan tanpa
adanya Pendeta. Tetapi kami masih dilayani oleh Majelis Gereja Induk dan Bapak KLF Legrand.
Setelah beberapa lamanya kami sudah resmi menjadi Gereja yang dewasa sehingga
kami dapat memanggil seorang Pendeta yang tetap untuk melayani kami. Maka kami memutuskan untuk memanggil calon Pendeta yaitu
Bapak Thomas Supardji setelah beliau diteguhkan menjadi seorang Pendeta. Maka beliaulah yang menjadi Pendeta kedua Gereja
Kristen Indonesia Tanjung Rejo hingga sekarang.
Pesan – pesan Jemaat Pendahulu pendiri
Gereja Gereformerd Sei Sikambing atau Tanjung Rejo Medan.
Kepada Majelis Jemaat GKI Tanjung Rejo Jl. Intisari Medan agar dapat menjaga dan merawat Rumah Tuhan
Yesus Kristus yang sudah kami awali pembangunanya, menjaga keutuhan jangan sampai Tubuh Tuhan Yesus Kristus terpecah –
pecah dan juga menjaga kerukunan Jemaat agar Jemaat tetap rukun dan damai dan sejahtera didalam Tuhan Yesus Kristus.
Terlampir Fotocopy :
1. Surat Majelis Gereja Palang Merah pemberitahuan
kepada Jemaat tentang pembangunan Gereja.
2. Surat
atau pengumuman pembentukan Panitian Pembangunan Gereja.
3. Surat dan Perincian.
I. Pertumbuhaan dan Perkembangan Jemaat yang Menyangkut Pelayanan
Iman di Gereja Kristen Indonesia
Sumatera Utara – Tanjung Rejo .
Tahun 1954 – 1957
: Sejak Tahun 1954 di kampong Sei Sikambing A ( Sekarang
Desa Tanjung Rejo dan Kampung Babura Kecamatan Sunggal sudah ada beberapa orang yang sudah menjadi Penganut Agama Kristen,
Antara Lain :
1. Bapak Dasiman (
+ )
2. Bapak Saringun (
+)
3. Bapak Kami Ginting
M. ( Jemaat GBKP ) ( + )
4. Bapak Radi
5. Bapak Karyo Dimejo
( Sekarang berada di Jakarta )
6. Bapak Parno (+)
7. Bapak Slamet Ronosetiko
( + )
8. Bapak M. Mangoensoehardjo
9. Bapak TD Kasan (+)
10. Bapak Kasiyan
11. Bapak Geroge Ramin
12. Bapak Misman Ronosetiko (+)
Kesemuanya beserta dengan keluarga dan anak – anaknya.
Selain nomor urut 3, bila boleh kita sebut sebagai cikal bakal Jemaat di Gereja gEreformeerd
Sei Sikambing (sekarang GKI Tanjung Rejo.
Diantara cikal
bakal tersebut diatas, pada saat itu sudah ada yang menjadi Majelis antara lain:
1. Bapak Karyo Dimejo (sekarang berada di Jakarta)
2. Bapak Slamet Ronosetiko
3. Bapak Parno
Adapun tempat kebaktian pada waktu itu di Gereja Gereformeerd Indonesia Jalan Percut (sekarang Jl. Hos Cokroaminoto)
dan pendeta yang melayanai Jemaat pada saat itu adalah Bapak Pendeta Poerno Hadikawahjo yang berasal dari Solo – Jawa
Tengah (+) dan Beliau menjabat sebagai Pendeta Konsulen.
Guru Injil yang bertugas pada saat itu adalah Bapak Wasiman.
Sebagai bahasa pengantar pada kebaktian mulai tahun 1954 – 1956 dipakai bahasa Jawa dan selanjutnya selain Bahasa
Jawa juga memakai Bahasa Indonesia, disebabkan karena sudah ada sebagian dari suku Batak, Karo dan Cina.
Tahun
1958
: Perkembangan Jemaat, setapak demi setapak dapat berkembang
Dan bertambah dan terbukti pada tahun 1958 adanya anggota baru yang masuk yaitu:
1. Bapak AMAT DARMOYO beserta keluarganya
2. Bapak MARTO SATAR beserta keluarganya
Tahun
1962 :
Pada tahun 1962 terjadilah perubahan tempat Kebaktian
Dari Gereja Gereja Gereformeerd Jalan Percut pindah ke Gedung Gereja Gereformeerd Indonesia Jalan Palang Merah (Sekarang
Jalan K.H Zainul Arifin) dengan bahasa pengantar Bahasa Indonesia.
Tahun 1963 –1964 : Tahun 1963 Jemaat
Gereja Gereformeerd Indonesia Sei
Sikambing, sudah mengadakan persiapan untuk menjadi Kelompok dari Gereja
Gereformeerd Indonesia Jalan Palang Merah Medan.
Pada tahun 1964 Bapak TD Kasan (+) dan Bapak M Mangoensoehardjo menjadi
anggota Majelis Gereja Gereformeerd Jalan Palang Merah Medan dan pada tahun itu juga (1964) Jemaat Gereja Gereformeerd Indonesia
Sei Sikambing disyahkan dan diresmikan menjadi kelompok dari GGI Jalan Palang Merah Medan, dengan beranggotakan :
1.
Keluarga Bapak DASIMAN
2.
Keluarga Bapak SARINGUN
3.
Keluarga Bapak RADI
4.
Keluarga Bapak PARNO
5.
Keluarga Bapak TD KASAN (+)
6.
Keluarga Bapak M.MANGOENSOEHARDJO
7.
Keluarga bapak KASIYAN
8.
Keluarga Bapak GEORGE RAMIN
9.
Keluarga Bapak MISMAN RONOSETIKO
10. Keluarga Bapak AMAT DARMOYO
11. Keluarga Bapak SLAMET RONOSETIKO
12. Keluarga Bapak MARTO SATAR
13. Keluarga Bapak KAMI GINTING M (GBKP) (+)
Inilah yang merupakan perintis berdirinya Gereja Gereformeerd Sei Sikambing.
Pada saat itu Pelayanan Kebaktian dan kegiatan Sekolah minggu dilakukan pada Sore hari dengan tempat yang bergantian
antara lain :
1.
di rumah Bapak TD Kasan
2.
di rumah Bapak Parno
3.
di rumah Bapak M Mangoensoehardjo
dengan petugas Pelayan Kebaktian :
1.
Bapak T. Damanik (Sekarang Majelis GKI Medan)
2.
Bapak Yap Kasein (Sekarang berada di Semarang)
Dan dibantu oleh Majelis lainnya.
Pelayan Sekolah Minggu pada saat itu:
1.
Saudara Jonathan
– sampai saat ini masih aktif
2.
Bapak Wailly
- sudah kembali ke Amerika
Sesuai dengan keadaan Jemaat pada saat itu Bahasa pengantar yang dipakai adalah Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia.
II. PROSES BERDIRINYA GEDUNG GEREJA KRISTEN INDONESIA
SUMATERA UTARA DI TANJUNG REJO
Tahun
1964 – 1966 : Dengan telah berdirinya Kelompok Jemaat, maka cikal
Bakal itu mengadakan musyawarah dan kesepakatan untuk mendirikan sebuah
bangunan rumah Gereja secara darurat di Kampung Tanjung Rejo.
Hal ini mendapat sambutan secara spontan dan positif oleh sluruh Jemaat, terbukti salah seorang dari cikal bakal yaitu
Bapak Parno dengan sukacita dan penuh keiklasan menyumbangkan sebidang tanahnya yang terletak di Jalan Intisari Kampung Tanjung
Rejo dengan ukuran : Panjang 48.9 m Lebar 13.5 m
Luas 660.14 m2
Untuk keperluan rencana pembangunan Gereja dimaksud.
Pada tahun 1964 datanglah seorang Hamba Tuhan dari Palembang ke Sumatera Utara tepatnya dikota Medan, yaitu Bapak Pendeta
K.L.F Legrand beserta keluarga. Kedatangan beliau adalah sebagai Pendeta Konsulen.
Untuk Jemaat Kelompok Gereja Gereformeerd Sei Sikambing mulai saat itu terus menerus mendapat bimbingan dan pengajaran,
denganharapan dapat menjadi Jemaat yang kuat dan teguh dalam Iman Kristen.
Sebagai petugas pelayan dan gembala yang setia, akhirnya Bapak Pendeta K.L.F Legrand mendengar adanya rencana Jemaat
GGI Kelompok Sei Sikambing untuk mendirikan sebuah Gereja.
Kemudian untuk mengetahui kebenaran rencana tersebut, bapak Pendeta K.L.F Legrand langsung menanyakannya kepada Jemaat
disini pada saat itu dan dijawab : Benar, bahwa Jemaat kelompok GGI Sei Sikambing ingin membangun sbuah bangunan Gereja secara
Darurat.
Setelah mendapat penjelasan dan memahami keadaan Jemaat dengan segala keberadaannya, kemudian beliau menyarankan agar
membentuk Panitia Pembangunan Gedung Gereja.
Dengan adanya saran dan dukungan positif dari Bapak Pendeta K.L.F
Legrand, maka dibentuklah Panitia Pembangunan Gedung Gereja dengan susunan sebagai berikut:
1.
Bapak M. Mangoensoehardjo (Ketua)
2.
Bapak Amat Darmoyo
(Sekretaris)
3.
Bapak TD Kasan (Pelaksana) (+)
Dengan terbentuknya Panitia Pembangunan, lalu dimulailah pembanguanan Gedung Gereja diatas areal tanah sumbangan Bapak
Parno dengan ukuran bangunan 8m x 15m (permanent) dan ber atapkan genteng, yang peletakakn batu pertamanya dilakukan oleh
ibu K.L.F Legrand.
Bangunan Gedung Gereja tersebut pada waktu itu menelan biaya sebesar Rp. 125.000,- (Seratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah),
yang sebagian lagi merupakan swadaya Jemaat.Setelah selesainya pembangunan Gedung Gereja yang dilengkapi dengan bangku duduk,
maka pada kebaktian Minggu tanggal, 27 November 1966, diresmikanlah pemakaiannya oleh Bapak Pendeta KLF Legrand dengan mengambil
Nats Khotbah dari Hagai 2:10.
III. HAL –
HAL YANG BERKAITAN DENGAN SEBUAH BENTUK PELAYANAN DI GKI SUMUT TANJUNG REJO
22 April 1972 :
Pendewasaan Jemaat Gereja Gereformeerd Sei Sikambing
yang pelayanan dan pembinaannyatetap dilakukan oleh Pendeta Konsulen dan
Majelis setempat.
17 February1974
: Mulai bertugasnya Saudari Ruth Legiem sebagai calonInjil
di Gereja Gereformeerd Sei Sikambing.
17-19 April
1974 : Sidang Klasis GGI ke II yang diselenggarakan di
Medan, memutuskan tentang perubahan nama dariGereja Gereformeerd Indonesia menjadi Gereja Kristen Indonesia Sumatera Utara
dan oleh karena itu, maka secara otomatis Gereja Gereformeerd Indonesia Sei Sikambing berubah menjadi Gereja Kristen Indonesia
Tanjung Rejo.
05 Mei 1974
: Penetapan
Saudari Ruth Legiem menjadi Guru Injil Jemaat di GKI SUMUT – Tanjung Rejo, dan hingga saat ini masih aktif.
Tahun 1975
:
Seirama dengan pertumbuhan dan perkembangan Jemaat dan pemantapan pelayanan Jemaat merencanakan mengadakan pemanggilan Pendeta.
27 Maret
1977 : Sehubungan dengan
berakhirnya tugas pelayanan Bapak Pendeta Konsulen di GKI Sumatera Utara dan mengingat akan segala bantuan yang telah diberikan
demi pembinaan dan kemajuan Jemaat GKI Sumut Tanjung Rejo, sebagai ucapan syukur Jemaat GKI Sumut mengadakan acara perpisahan
denagn Bapak KLF Legrand beserta keluarga.
23 April
1977 : Keberangkatan
Bapak Pendeta KLF Legrand kembali ke Negeri Belanda.
10 Juli 1977
:
Bapak Daniel Sukirman S.Th tiba di GKI Sumut Tanjung Rejo dari Cilacap – Jawa Tengah untuk memenuhi panggilan Jemaat
sebagai calon Pendeta Jemaat.
27 November
1977 : Setelah menjalani proses administrasi dan penyesuaian dengan Jemaat, bapak
Daniel Sukirman S.Th ditahbiskan/diteguhkan sebagai Pendeta Jemaat GKI Sumut Tanjung Rejo.
04
Agustus 1981 : Setelah bertugas selama ± 3 (tiga)tahun,
setelah mendapatkan persetujuan/restu dari Majelis Jemaat Bapak Pendeta Daniel Sukirman S.Th beserta keluarga berangkat ke
Jambi (sekarang di Salatiga – Jawa Tengah).
04 Maret
1982 : Tibanya Bapak Thomas
Soepardji dari Jawa Tengah untuk memenuhi panggilan Jemaat GKI Sumut Tanjung Rejo (beserta keluarga).
12 December
1982 : Setelah menjalani proses Administrasi yang berlaku dan penyesuaian
dengan anggota Jemaat, Bapak Thomas Soepardji ditahbiskan/diteguhkan sebagai Pendeta GKI Sumut Tanjung Rejo dan hingga saat
ini masih berada ditengah – tengah kita.
S/d November
1985 : Jumlah anggota Jemaat GKI Sumut Tanjung Rejo 91 Kepala Keluarga.
NAMA – NAMA PETUGAS PELAYAN YANG PERNAH BERTUGAS DI GKI SUMUT TANJUNG REJO
A. PENDETA YANG PERNAH MELAYANI
1.
Bapak Pendeta POERNO HADIKAWAHJO (+)
2.
Bapak Pendeta TJOKRO SOESILO (+)
3.
Bapak KLF LEGRAND (sekarang di Italia)
4.
bapak Pendeta MARTO PRANOTO (sekarang di Surakarta –Jateng)
5.
Bapak Pendeta STEFANUS WIDYOSUDARMO (sekarang di Klaten – Jateng)
6.
Bapak Pendeta SLAMET GINTING Sm. Th. (GKI MEDAN)
7.
bapak Pendeta SRUWANDARIS (GKI Pematang Siantar)
8.
Bapak Pendeta DANIEL SUKIRMAN S.Th (Salatiga – Jateng)
9.
Bapak Pendeta WARWOTO S.Th (GKJ Palembang)
10. Bapak Pendeta NURAN S.Th (GKI Medan Timur)
11. Bapak EKO SUHARSO (gki Kwala Bingei)
12. Bapak Pendeta THOMAS SOEPARDJI (Desember 1982 samapai
saat ini).
B. GURU INJIL YANG PERNAH BERTUGAS :
1.
Bapak WASIMAN
2.
Bapak SURATMAN
3.
Bapak SISWORO
4.
Saudari RUTH LEGIEM (Mei 1974 sampai saat ini)
C. ANGGOTA JEMAAT YANG PERNAH MENJABAT MENJADI MAJELIS.
1.
Bapak KARYO DIMEJO (sekarang di Jakarta)
2.
Bapak SLAMET RONOSETIKO (+)
3.
Bapak PARNO (+)
4.
Bapak TD KASAN (+)
5.
Bapak M.MNAGOENSOEHARDJO
6.
Bapak DASiman
7.
Bapak MFS SAPULETE
8.
Bapak HENDRO SUHARTO (+)
9.
Bapak KASIYAN
10. Bapak REKEN SEMBIRING
11. Bapak EMMANUEL GINTING
12. Bapak WP. Limahelu (+)
13. Bapak SLAMET BASUKI
14. Bapak M SIMANJUNTAK (+)
15. Bapak NN PITOY (+)
16. Bapak BL E HUTAPEA
17. Bapak SUPARNO HARDJO
18. Bapak PETRUS SITUMORANG (+)
19. Bapak Drs. SLAMET SINURAYA
20. Bapak BUDHY SUNARTO
21. Bapak TANGKAS GINTING
22. Bapak SOEDARDJITO
23. Bapak JEMINO MK
24. Ny. POMPI SUPOMO
25. Ny. T. GINTING
26. Ny. A. SAPULETE – JAKOB
27. Bapak EDDY SAKIMAN
28. Bapak AMAT DARMOYO
29. Bapak HENDARKO N
30. Bapak WAGINO
31. Bapak SUWONDO TARIGAN
32. Ny. SOEDARDJITO
33. Mis YANNY BOASCH
34. Bapak T.CHRISTIANTO
D. PENGAJAR SEKOLAH MINGGU
1.
Bapak WAILLY (sebagai perintis dan sudah kembali ke Amerika)
2.
Bapak TD KASAN (+)
3.
Bapak EMMANUEL GINTING
4.
Bapak BUDHI SUNARTO
5.
Nyonya EDDY SUPARMAN
6.
Sdri RUTH LEGIEM
7.
Bapak JONATHAN
8.
Bapak SUSILO WARDHONO
9.
Bapak SUDARSIN HS
10.
Sdri ESTER ENONG
11.
Sdri SUDIARTI S
12.
Sdri SUK ARSIH
13.
Sdri RISMA BR TARIGAN
14.
Sdri SURTINI
15.
Sdri NETTY
16.
Sdri SYAMSIDAR S
17.
Bapak NONO YUSAK
18.
Bapak SLAMET BASUKI
19.
Bapak EFAPRODITUS DALIMIN
20.
Sdri LIDYA F SAPULETE
21.
Sdri LESTARI NINGSIH
22.
Sdri TRI RAHAYU
23.
Sdri SULASTRI IRWAN
24.
Sdri MUJIATI
25.
Sdri MUTIARA S
26.
Sdri SULASTRI WAGINO
27.
Sdri RENTI SIRAIT
28.
Sdri SUNARTI NINGSIH
29.
Sdra BARMEN
30.
Sdri MIEKE P
TANJUNG REJO, 24 NOVEMBER 1985
TEAM
PENYUSUN
1.
M. MANGOENSOEHARDJO
KETUA
2.
SUSILO WARDHONO
ANGGOTA
3.
SLAMET BASUKI
ANGGOTA
4.
JONATHAN
ANGGOTA
Diketahui / Disyahkan oleh
MAJELIS GKI SUMUT TANJUNG REJO
M.
SIMANJUNTAK, SH
THOMAS SOEPARDJI
Ketua Majelis
Pendeta Jemaat